BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dari
sisi “makanan” kemasan makanan
bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi.
Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan,
penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak semua kemasan makanan aman
bagi makanan yang dikemas. Kemasan yang paling sering kita jumpai saat ini adalah
plastik dan styrofoam. Plastik telah merupakan bagian kehidupan sehari-hari
manusia. Kemasan plastic telah menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Kemasan
plastik sudah mendominasi industri makanan di Indonesia dan kemasan luwes (fleksibel)
menempati porsi 80%. Jumlah plastik yang digunakan untuk mengemas, menyimpan
dan membungkus makanan mencapai 53% khusus untuk kemasan luwes, sedangkan
kemasan kaku sudah mulai banyak digunakan untuk minuman. Bahan kemasan plastik
dibuat melalui proses polimerisasi. Selain bahan dasar monomer, plastik juga
mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia
plastik tersebut, dan disebut komponen non plastik.
Kemasan
plastik memiliki beberapa keunggulan karena sifatnya yang kuat, tetapi ringan,
tidak karatan dan bersifat termoplastik (heat
seal) serta dapat diberi warna. Kemasan plastik juga mempunyai kelemahan
yaitu adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain dari plastik yang melakukan
migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Di lapangan sering dijumpai
pembungkus yang umum disebut “tas kresek”. Pembungkus ini sering dibuat dari bahan
dasar yang berasal dari daur ulang berbagai jenis plastik. Pemakaian “tas
kresek” yang tidak pada tempatnya, perlu ditelaah lebih lanjut misalnya
pemakaian untuk pembungkus bakso kuah panas, bakmi kuah panas, bubur panas, dan
sebagainya. Juga sering dijumpai para produsen membuat makanan yang dibungkus
daun pisang dengan tambahan lembaran plastik di sisi dalam yang merupakan bagian
yang langsung bersentuhan dengan makanan, yang bertujuan agar air/bumbu tidak keluar/bocor,
misalnya untuk membuat garang asem, “gadon” dan lain-lain. Perlu ditelaah juga
pemakaian tempat plastik untuk memanaskan lauk,
menyebabkan monomer-monomer plastik ikut bercampur dengan makanan.
Selama ini telah diketahui bahwa monomer mempunyai efek karsinogenik.
Selain
plastik, styrofoam atau yang dikenal dengan plastik busa juga sedang marak
digunakan untuk pembungkus makanan terutama untuk makanan cepat saji.
Keunggulan plastic dan styrofoam yang praktis dan tahan lama rupanya merupakan
daya tarik yang cukup kuat bagi para penjual maupun konsumen makanan untuk
menggunakannya. Sampai saat ini belum banyak yang sadar bahaya dibalik penggunaan
kemasan plastik atau styrofoam.
2.
Rumusan
Masalah
a. Apa
definisi dari Polietilen, Polipropilen, Polivinil chorida, Saran atau
Poliviniliden, Polistiren, Selulosa asetat, Polyester dan Cellophane?
b. Sebutkan
karkteristik atau sifat-sifat dari Polietilen, Polipropilen, Polivinil chorida,
Saran atau Poliviniliden, Polistiren, Selulosa asetat, Polyester dan Cellophane?
c. Sebutkan
contoh bahan makanan yang dikemas menggunakan Polietilen, Polipropilen, Polivinil
chorida, Saran atau Poliviniliden, Polistiren, Selulosa asetat, Polyester dan Cellophane?
3.
Tujuan
a. Dapat
mengetahui pengertian dari jenis-jenis pengemasan bahan makanan tersebut!
b. Dapat
mengetahui sifat-sifat dari pengemasan bahan makanan tersebut !
c. Dapat
mengetahui contoh bahan makanan yang dikemas menggunakan pengemasan tersebut !
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
a.
Polietilen
adalah Jenis Plastik yang
hanya bisa sekali pakai, seperti Botol air Mineral dan hampir semua Botol
minuman lainnya. Jika pemakaiannya dilakukan secara berulang, terutama menampung
air panas, lapisan polimer botol meleleh mengeluarkan zat karsinogenik dan
dapat menyebabkan Kanker.
b.
Polipropilen
juga baik digunakan untuk tempat minuman
maupun makanan. Jenis Plastiksemacam ini lebih kuat dan ringan dengan
daya tembus uap yang rendah dan biasanya digunakan untuk botol minum bayi.
c.
Polivinil
chorida merupakan Jenis Plastikyang
sulit didaur ulang, seperti
botol-botol Plastik dan Plastik Pembungkus. Jangan gunakan
Plastik jenis ini untuk membungkus makanan karena jenis plastik ini memiliki
kandungan PVC atau DEHA yang berbahaya untuk Ginjal dan Hati.
d. Saran atau
Poliviniliden merupakan kopolimer dari vinil
klorida dan viniliden klorida yang dibuat dengan cara menarik dari dua arah
secara simulate, sehingga molekul PVDC berorientasi pararel dengan
permukaannya.
e.
Polistiren
merupakan Jenis Plastik yang digunakan
untuk tempat minum atau makanan sekali pakai. Mengandung bahan bahan Styrine
yang berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi dan sistem saraf.
f.
Selulosa
asetat bahan Kristal termoplastik yang keras
dan mudah diproses. Memiliki sifat sangat kernih dan kaku. Meskipun terbuat
dari selulosa, tetapi sifatnya sangat berbeda dengan selopan.
g.
Polyester
banyak
digunakan dalam laminasi (pelapisan), terutama untuk bagian luar suatu kemasan
sehingga kemasan memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap kikisan dan
sobekan. PET banyak digunakan sebagai kantong makanan yang memerlukan
perlindungan,
h.
Cellophane
merupakan produk lama yang digunakan
sebagai bahan pengemasan, dan banyak digunakan dengan dikombinasikan dengan
bahan plastic lainnya. Sebagai akibat perkembangan ekonomis, pemakaian
cellophane, makin berkurang dan digantikan bahan plastic lainnya antara lain
adalah ariented polypropylene film.
2.
Sifat/karakteristik
jenis kemasan
a.
Polietilen
Bahan ini bersifat kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaannya terasa agak berlemak. Di bawah temperatur 60° C
sangat resisten terhadap sebagian besar senyawa kimia. Di atas temperature tersebut
polimer ini menjadi larut dalam pelarut karbon dan hidrokarbon klorida. Daya
proteksinya terhadap uap air baik, tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain
seperti oksigen. Titik lunaknya rendah, sehingga tak tahan untuk proses
steriilisasi dengan uap panas dan bila ada senyawa kimia yang bersifat polar
akan mengalami stress cracking (retak oleh tekanan).
b.
Polipropilen
Bersifat
lebih keras dan titik lunaknya lebih tinggi daripada PEDT, lebih kenyal tetapi
mempunyai daya tahan terhadap kejutan lebih rendah. Tidak mengalami stress cracking
oleh perubahan kondisi lingkungan. senyawa kimia kecuali pelarut aromatik
dan hidrokarbon klorida dalam keadaan panas, serta sifat permeabilitasnya terletak
antara PEDR dan PEDT.
c.
Polivinil
chorida
Mempunyai
sifat kaku, keras, namun jernih dan lengkap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas
gasnya rendah. Pemberian plasticizers (biasanya ester aromatik) dapat
melunakkan film yang membuatnya lebih fleksibel tetapi regang putusnya rendah,
tergantung jumlah plasticizers yang ditambahkan.
d.
Saran
Sifat-sifat umum dari saran adalah :
§ Transparan
dan luwes dengan kejernihan yang bervariasi
§ Tahan
terhadap bahan kimia, asam, basa dan minyak.
§ Barrier
yang baik untuk sinar ultraviolet, sehingga baik digunakan untuk bahan-bahan
yang peka terhadap sinar ultraviolet seperti daging segar dan keju.
§ Permeabilitas
uap air dan gas sangat rendah, sehingga baik digunakan untuk produk-produk yang
peka terhadap oksigen seperti daging, keju dan produk kering (buah-buahan dan
candy).
§ Dapat
menahan aroma
§ Tahan
terhadap pemanasan yang keringatau basah (perebusan).
e.
Polistiren
Bersifat sangat amorphous dan tembus cahaya,
mempunyai indeks refraksi tinggi, sukar ditembus oleh gas kecuali uap air.
Dapat larut dalam alcohol rantai panjang, kitin, ester hidrokarbon yang
mengikat khlorin. Polimer ini mudah rapuh, sehingga banyak dikopolimerisasikan dengan
batu diena atau akrilonitril.
f.
Selulosa
asetat
Selulose asetat memiliki sifat:
§ Sensitif terhadap air.
§ Akan terdekomposisi olah asam kuat, basa
kuat alkohol dan ester.
§ Tidak mudah mengkerut bila dekat
api.
§ Sangat jernih, mengkilap, agak kaku
dan mudah sobek.
§ Terhadap benturan maka selulosa
asetat lebih tahan dibandingkan HDPE namun lebih lebih lemah bila dibandingkan
dengan selulosa propionate.
§ Tidak cocok untuk mengemas produk
beku karena CA mudah rapuh pada suhu rendah.
§ Tahan terhadap minyak atau oli.
g.
Polyester
PET
memiliki sifat :
§ Transparan (tembus pandang), bersih
dan jernih.
§ Memiliki sifat beradaptasi terhadap
suhu tinggi (300°C) yang sangat baik.
§ Permeabilitas uap air dan gas sangat
rendah.
§ Tahan terhadap pelarut organic,
seperti asam-asam dari buah-buahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas
produk sari buah. Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzyl alkohol. Kuat,
tidak mudah sobek.
h.
Cellophane
Memiliki sifat :
§ Transparan
dan sangat terang
§ Tidak
bias direkatkan dengan panas
§ Tidak
larut dalam air atau minyak
§ Tidak
dapat dilewati oksigen atau aroma
§ Mudah
dilaminasi sebagai pelapis yang baik
§ Mudah
sobek dan pada suhu dingin akan mengkerut
3.
Contoh
bahan yang dikemas
a. Polietilen
§ Roti
tawar, sangat membutuhkan perlindungan terhadap kelembaban, karena itu kemasan
yang memiliki barier terhadap uap seperti LDPE sudah cukup baik.
§ Susu
membutuhkan persyaratan yang lebih ketat sehingga perlu PE dengan densitas
tinggi.
b.
Polipropilen
§ Cake
(bolu) agar tidak kering dan bau apek dikemas dengan selulosa berlapis atau
OPP.
c.
Polivinil
chorida
§ Daging
segar, jus daging harus dilindungi oleh jenis kemasan yang tepat yaitu yang
tinggi daya transmisi okesigen dan tinggi tingkat pencegahan hilangnya kadar air,
dengan pembalut plasticizea PVC.
§ Kemasan
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang menggunakan bahan baku polivinil khlorida
dan kopolimer akrilonitril perlu disimpan di tempat yang bebas dari panas matahari,
untuk mencegah lepasnya monomer-monomer plastik.
d.
Saran
§ Sering
digunakan untuk mengemas (wrapping) produk ternak, ham atau produk yang sejenis
termasuk keju. Dapat diseal (direkatkan) dengan panas akan tetapi tidak stabil
bila dipanaskan pada suhu >600C.
e.
Polistiren
§ Digunakan
untuk mengemas buah-buahan dan sayuran karena memiliki permiabilitas yang
tinggi terhadap air dan gas.
f.
Selulosa
asetat
g.
Polyester
§ Buah kering
§ Makanan beku dan permen.
h.
Cellophane
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan karena
sifatnya yang kuat, tetapi ringan, tidak karatan dan bersifat termoplastik (heat seal) serta dapat diberi warna.
Kemasan plastik juga mempunyai kelemahan yaitu adanya zat-zat monomer dan
molekul kecil lain dari plastik yang melakukan migrasi ke dalam bahan makanan
yang dikemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar